Rabu, 14 April 2010

al-Amin

Al Amin, Yang Terpercaya

Sejak kecil, Baginda Rasul telah dijuluki sebagai Al Amin yang artinya orang yang terpercaya. Beliau tidak pernah berdusta, menerima suap atau korupsi. Julukan itu diberikan masyarakat Arab saat itu yang nota bene masih jahiliyah. Kalau sekarang, barangkali julukan itu akan diberikan oleh media.

Al Amin berasal dari akar kata yang sama dengan iman dan aman. Al Amin juga bisa berarti sekretaris. Sekretaris Jenderal disebut ‘Al Amin Al ‘Aam’. Sekretaris berasal dari kata SECRET yang artinya rahasia. Diharapkan seorang sekretaris dapat menjaga rahasia, sehingga jika berhasil diemban dengan baik, jadilah dia orang yang dipercaya.

Jadi, jika ada orangtua yang memberi nama anaknya dengan Al Amin, boleh jadi orangtuanya berharap anaknya akan meniru akhlak Sang Rasul. Anak yang diberi nama ini pasti mengemban beban berat untuk menjaga kepercayan ini.

Sedari kecil, saya sudah tertarik dengan kegiatan keagamaan, dari mulai ikut pengajian wirid yasin bersama orangtua setiap malam Jumat, sampai ikut lomba berbau keagamaan seperti MTQ, dan lomba azan.

Setiap menghadiri acara maulid atau isra’ mi’raj saya selalu kagum dengan mubaligh yang bisa berceramah dengan menarik, termasuk melontarkan cerita lucu, hampir dua jam. Sempat terbersit di benak saya untuk menjadi mubaligh.

Tetapi saya sempat ragu juga. Nama saya kan tidak pantas menjadi seorang mubaligh, karena tidak ada unsur Abdul atau Muhammad, minimal berbau Arab. Apalagi dulu belum ada nama ustadz seperti Jeffry, Gym, Dedeh.

Kalau dulu, nama ustadz selalu berbau Arab. Saya suka membayangkan kalau saya jadi mubaligh dan diperkenalkan oleh MC,”Hadirin sekalian, sekarang tibalah saatnya ceramah maulid Nabi Muhammad yang akan disampaikan oleh Ustadz Hery Azwan”.

Ah rasanya kok gak enak di telinga. Barangkali karena mindset yang membatasi ini (limiting belief), sampai saat ini saya tidak menjadi ustadz atau mubaligh kondang (ah alasan…).

Karena itu, saya suka sedih jika melihat orang dengan nama yang bagus-bagus pemberian orangtuanya ternyata perbuatannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dapat terbayang betapa kecewanya orangtua yang memberi nama yang bagus-bagus tadi.

Boleh jadi, nama hanya sebatas doa atau harapan. Tak ada jaminan nama yang bagus berkelakuan bagus. Sebaliknya, nama yang buruk juga tidak berarti berkelakuan buruk. Manusianyalah yang menentukan baik tidaknya perbuatan, bukan karena namanya.

Meskipun demikian, alangkah indahnya jika nama bagus, kelakuan juga bagus. Sempurna…. Ah, jadi ingat Gita Gutawa. Gita artinya lagu. Sesuai benar dengan profesinya.